Pernah dengar sebuah kisah tentang hati yang indah? Kisah ni simple, tapi ade maknenye. Kisahnye begini…
Tersebutlah kisah, pada suatu hari, seorang pemuda berdiri di tengah kota dan dan menyatakan bahwa dialah pemilik hati yang terindah yang ada di kota itu. Ramai orang kemudian berkumpul dan mereka semua mengagumi hati pemuda itu, kerana memang benar, hati pemuda itu memang benar sempurna. Tidak ada satu cacat atau goresan sedikitpun di hati pemuda itu. Pemuda itu sangat bangga dan mulai menyombongkan hatinya yang indah.
Tiba-tiba, seorang lelaki tua keluar dari kerumunan, tampil ke depan dan berkata,
“Mengapa hatimu masih belum seindah hatiku?”
Semua orang dan pemuda itu melihat pada hati pak tua itu. Hati pak tua itu berdegup dengan kuatnya, namun penuh dengan bekas luka, dimana ada bekas potongan hati yang diambil dan ada potongan yang lain ditempatkan di situ. Namun tidak benar-benar tepat pada posisi asalnya dan ada sisi-sisi potongan yang tidak rata.
Tersebutlah kisah, pada suatu hari, seorang pemuda berdiri di tengah kota dan dan menyatakan bahwa dialah pemilik hati yang terindah yang ada di kota itu. Ramai orang kemudian berkumpul dan mereka semua mengagumi hati pemuda itu, kerana memang benar, hati pemuda itu memang benar sempurna. Tidak ada satu cacat atau goresan sedikitpun di hati pemuda itu. Pemuda itu sangat bangga dan mulai menyombongkan hatinya yang indah.
Tiba-tiba, seorang lelaki tua keluar dari kerumunan, tampil ke depan dan berkata,
“Mengapa hatimu masih belum seindah hatiku?”
Semua orang dan pemuda itu melihat pada hati pak tua itu. Hati pak tua itu berdegup dengan kuatnya, namun penuh dengan bekas luka, dimana ada bekas potongan hati yang diambil dan ada potongan yang lain ditempatkan di situ. Namun tidak benar-benar tepat pada posisi asalnya dan ada sisi-sisi potongan yang tidak rata.
Bahkan, ada bagian-bagian yang berlubang kerana dicungkil dan tidak ditutup kembali. Semua orang termasuk pemuda tadi itu tercengang dan hairan, bagaimana mungkin pak tua itu mengatakan bahawa hatinya lebih indah?
Pemuda itu melihat kepada pak tua itu, memperhatikan hati yang dimilikinya dan tertawa.
“Anda pasti bergurau, pak tua,” katanya.
“Bandingkan hatimu dengan hatiku, hatiku sangatlah sempurna sedangkan hatimu tak lebih dari kumpulan bekas luka dan carikan,” katanya lagi.
“Ya,” kata pak tua itu. Sambungnya lagi,
“Hatimu kelihatan sangat sempurna meskipun begitu aku tak akan menukar hatiku dengan hatimu. Lihatlah, setiap bekas luka ini adalah tanda dari orang-orang yang kepadanya kuberikan kasihku, aku menyobek sebagian dari hatiku untuk kuberikan kepada mereka, dan seringkali mereka juga memberikan sesobek hati mereka untuk menutup kembali sobekan yang kuberikan. Namun karena setiap sobekan itu tidaklah sama, ada bagian-bagian yang kasar, yang sangat aku hargai, kerana itu mengingatkanku akan cinta kasih yang telah bersama-sama kami berikan.
Adakalanya, aku memberikan potongan hatiku begitu saja dan orang yang kuberi itu tidak membalas dengan memberikan potongan hatinya. Hal itulah yang meninggalkan lubang-lubang sobekan – memberikan cinta kasih adalah suatu kesempatan. Meskipun bekas cabikan itu menyakitkan, mereka tetap terbuka, hal itu mengingatkanku akan cinta kasihku pada orang-orang itu, dan aku berharap, suatu ketika nanti mereka akan kembali dan mengisi lubang-lubang itu.
Sekarang, tahukah engkau keindahan hati yang sesungguhnya itu?” soal pak tua itu.
Pemuda itu berdiri membisu dan airmata mulai mengalir di pipinya. Dia berjalan ke arah pak tua itu, menggapai hatinya yang begitu muda dan indah, dan merobeknya sepotong. Pemuda itu memberikan robekan hatinya kepada pak tua dengan tangan-tangan yang gemetar.
Pak tua itu menerima pemberian itu, menaruhnya di hatinya dan kemudian mengambil sesobek dari hatinya yang sudah amat tua dan penuh luka, kemudian menempatkannya untuk menutup luka di hati pemuda itu. Sobekan itu diisi, tetapi tidak sempurna, kerana ada sisi-sisi yang tidak sama rata.
Pemuda itu melihat kedalam hatinya, yang tidak lagi sempurna tetapi kini lebih indah dari sebelumnya, kerana cinta kasih dari pak tua itu telah mengalir ke dalamnya.
nice story...
ReplyDelete